
BANDUNG, TRIBUNJABAR.ID – Tim Muhibah Angklung Paguyuban Pasundan, Bandung akhirnya pulang ke tanah air pada Selasa (31/7/2018), setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih sebulan di Eropa untuk mengikuti tiga festival dan harus “ngamen” untuk menutupi kekurangan biaya.
Ketua Tim Muhibah Angklung, Maulana Muhammad Syuhada (41) bercerita, ada sejumlah pihak yang sangat membantu tim selama di Eropa.
“Pertama itu Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Istanbul. Sebelum ikut festival di Aksehir, Turki pada 4-10 Juli 2018 kan singgah dulu di Istanbul tanggal 2-3 Julinya. Itu dari mulai menginjakkan kaki sampai pergi dari Istanbul ke Aksehir, kami aman,” katanya saat ditemui Tribun Jabar sekitaran Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018) malam.
Selain difasilitasi tempat “ngamen” atau mengadakan konser jalanan, tim juga mendapatkan makan hingga difasilitasi bus.
Bahkan, bus dari KJRI Istanbul juga sampai menjemput tim di perbatasan Turki dan Bulgaria saat tim melakukan perjalanan dari Budapest, Hungaria ke Istanbul.
“Itu di perbatasan, karena sopir bus yang dari Bulgaria enggak punya visa Turki, akhirnya bus dari Istanbul yang jemput. Karena dua sopir bus bahasanya beda, akhirnya telpon-telponannya repot buat gimana caranya kami pindah bus,” ujar Maulana seraya tersenyum.
Kemudian, pihak lainnya yang sangat membantu tim, ujarnya, adalah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sofia, Bulgaria.
Sebelum mengikuti festival ketiga di Bosnia pada tanggal 20 Juli 2018, tim harus singgah dulu selama sekitar empat hari di Sofia.
“Awalnya bingung empat hari ke mana, akhirnya saya ngontak KBRI Sofia, beruntung direpons dan katanya boleh stay KBRI. Kami empat hari stay di kantor KBRI Sofia pakai kasur angin. Kami juga dikasih makan dan masak sendiri. Di Sofia, kamu juga diundang media di sana, televisi, kita ditayangkan 20 menit,” kata Maulana.
Bahkan, lanjutnya, ketika di Sofia, Duta Besar LBBP RI untuk Republik Bulgaria yang merangkap Republik Makedonia dan Republik Albania, Sri Astari Rasjid, mengundang tim untuk tampil di kediamannya.
Saat tampil itu, Dubes Sri Astari Rasjid mengundang dubes negara lain untuk menyaksikan Tim Muhibah Angklung tampil.
“Dia ngundang main di wisma di rumahnya, diundang juga dubes-dubes negara lain. Kebetulan juga ada sembilan orang DPD RI yang lihat juga, mereka lagi ada kunjungan. KBRI Sofia juga nyumbang untuk perjalanan selanjutnya. Bahkan, anak-anak jual souvenir juga diborong sama KBRI,” kata Maulana.
Selanjutnya, tim pun berangkat ke Bosnia.
Selama lima hari di Bosnia, Tim Muhibah Angklung juga diundang ke wisma Duta Besar Indonesia untuk Bosnia–Herzegovina, Amelia Ahmad Yani, yang tidak lain adalah puteri pahlawan revolusi Jenderal Achmad Yani.
“Kami sampai di Bosnia 20 Juli 2018, anggal 21-22 Juli 2018 langsung diundang makan di wisma bu Dubes di Sarajevo. Beliau langsung klik ke anak-anak. Bahkan sampai nangis ketika lagu Indonesia Pusaka dan Rayuan Pulau Kelapa dimainkan. Di sana, setiap makan siang kami juga disuplai KBRI,” ujar Maulana.
Di wisma, tim akhirnya diminta bermain angklung di hadapan para Dubes dari berbagai negara seperti Belanda, Cina, Mesir, Slovenia, termasuk istri Walikota Sarajevo.
Bahkan, ada cerita menarik ketika tim tampil di wisma tersebut.
“Ada cerita, Dubes Belanda awalnya hanya bisa ikut nonton sebentar karena mau meeting. Kami waktu itu membawakan delapan lagu. Baru lagu ke berapa, setengahnya, akhirnya Dubes Belandanya enggak jadi meeting, lebih memilih tinggal sampai selesai,” kata Maulana seraya tertawa.
Setelah dari Bosnia, Tim Muhibah Angklung bertolak ke Vevey di Swiss pada 26-27 Juli 2018.
Tim pun diberikan bantuan oleh Dubes Amelia agar bisa melanjutkan perjalan menuju ke Swiss.
“Bu Dubes Amelia juga memberikan bantuan dana untuk tim agar bisa melanjutkan perjalanan ke Swiss. Beliau sangat terkesan dan tersentuh dengan performa anak-anak dan juga attitude anak-anak. Beliau ingin ceritakan semua ini ke Presiden Joko Widodo katanya,” ujar Maulana.
Selain tiga pihak itu, lanjutnya, ada juga beberapa pihak lain yang membantu tim.
“Yang lain juga membantu, seperti KBRI Berlin, mereka menyumbang. Di Budapest juga, kami bisa tampil di Basilika karena yang ngurus izin mereka. Di Belanda, Amsterdam malah yang punya Salero Minang yang bantu kami, dimasakin,” ujar Maulana.
Diberitakan Tribun Jabar sebelumnya, tim angklung yang anggotanya berjumlah 36 dan rata-rata berusia 15-19 tahun itu melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengikuti festival.
Tiga festival yang diikuti oleh Tim Muhibah Angklung adalah 59th International Folklore Festival of Nasreddin Hodja di Aksehir, Turkey, pada 4-10 Juli 2018.
Kemudian, 13th International Youth Festival of Arts (IYFA) “Muzite” di Sozopol, Bulgaria, pada 10-15 Juli 2018.
Terakhir, International Music and Folk-Dance festival “Summer in Visoko” in Visoko, di Sarajevo, Bosnia and Herzegovina, pada 20-25 Juli 2018.
Hebatnya, pada festival di Sozopol, Bulgaria, Tim Muhibah Angklung berhasil meraih juara umum dari seluruh kategori atau meraih grand prix.
Namun, Tim Muhibah Angklung terpaksa harus “ngamen” di sejumlah kota di Eropa, tinggal di KBRI, KJRI, atau rumah warga, dan mengandalkan donasi lantaran kekurangan biaya.
Sepekan sebelum berangkat, (tim berangkat pada 28 Juni 2018 ke Amsterdam, Belanda), pihak sponsor yang akan membiayai tim angklung itu menarik diri.
Padahal, dibutuhkan sekitar Rp 1,5 miliar selama tim beranggotakan 36 orang itu berada di Eropa dalam satu bulan, hingga kembali ke tanah air.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Begini Perjalanan Tim Muhibah Angklung yang Sempat Ngamen di Eropa, Ini Pihak yang Membantunya, http://jabar.tribunnews.com/2018/08/03/begini-perjalanan-tim-muhibah-angklung-yang-sempat-ngamen-di-eropa-ini-pihak-yang-membantunya.
Penulis: Yongky Yulius
Editor: Ichsan