Seperti Menjalani Perjalanan Spiritual, Tim Muhibah Angklung Pulang Dari Eropa

Seperti Menjalani Perjalanan Spiritual, Tim Muhibah Angklung Pulang Dari Eropa

Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan, saat ‘ngamen’ atau mengadakan konser jalanan di Postdam, Jerman. 

BANDUNG, TRIBUNJABAR.ID – Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih sebulan di Eropa dan harus ngamen untuk menutupi kekurangan biaya, Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan, Bandung akhirnya pulang ke tanah air pada Selasa (31/7/2018).

 

Ketua Tim Muhibah Angklung, Maulana Muhammad Syuhada (41), mengatakan bahwa perjalanan di Eropa seperti perjalanan spiritual baginya dan 36 anggota tim yang rata-rata berusia 15-19 tahun itu.

“Banyak yang bisa dipetik (dari perjalanan itu). Pertama, Tuhan tidak akan menelantarkan hamba-hambaNya yang berikhtiar. Ketika saya berikhtiar mencari solusi, Tuhan tidak akan memberikan masalah di luar batas kemampuan manusia,” ujarnya saat ditemui Tribun Jabar di Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018) malam.

“Saya sudah berusaha maksimal, tenaga saya segini, tapi kalau berdoa dan berserah, benar saja dibuka jalannya. Kalau dirangkum dalam satu kata, saya semakin percaya eksistensi Tuhan,” sambungnya.

Satu di antara sejumlah upaya yang dilakukan Tim Muhibah Angklung untuk menutupi biaya transportasi adalah dengan cara ngamen.

Maulana mengatakan, ngamen atau konser jalanan di Eropa, bukan merupakan hal yang tercela.

“Justru di sana ngamen merupakan bentuk mengekspresikan musik. Main di jalan malah diapresiasi. Kalau enggak main seperti itu justru kami enggak dikenal. Yang antusias mendorong untuk ngamen juga malah orang sana,” katanya.

Dia mengatakan, dari hasil mengadakan konser jalanan itu, tim bisa memperoleh uang yang tak sedikit.

Malah, ketika singgah di Swiss sebelum pulang dari Amsterdam, Belanda ke Indonesia, tim pernah memperoleh uang sekira Rp 6,5 juta dalam sekali mengadakan konser kecil-kecilan tersebut.

“Bukan sesuatu yang negatif, di sana itu keren, mereka juga memberi uang untuk mengapresiasi. Malah ada yang ingin membuatkan kami tiket. Kami mendapatkan uang lumayan gede dari ngamen, dagang, dan sumbangan KBRI serta KJRI,” kata Maulana.

Ketua Tim Muhibah Angklung Maulana, Paguyuban Pasundan, Muhammad Syuhada (41) (kanan), konduktor tim, Irma Noerhaty (45) (tengah), dan anggota tim, saat ditemui Tribun Jabar sekitaran Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis malam (2/8/2018).
Ketua Tim Muhibah Angklung Maulana, Paguyuban Pasundan, Muhammad Syuhada (41) (kanan), konduktor tim, Irma Noerhaty (45) (tengah), dan anggota tim, saat ditemui Tribun Jabar sekitaran Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis malam (2/8/2018). (Tribun Jabar/ Yongky Yulius)

 

Namun, ada satu pengalaman yang dirasa Maulana cukup membuat mental anggota tim terbentuk.

Pengalaman itu adalah ketika harus melakukan perjalanan dari Budapest, Hungaria, pada tanggal 2 Juli 2018 menuju Istanbul, Turki.

“Trip dari Budapest ke Istanbul itu perkiraan 15 jam, tapi ternyata realisasinya 26 jam karena di tiap checkpoint (perbatasan negara) antrenya luar biasa,” ujar Maulana.

Selama perjalanan 26 jam menggunakan bus itu, katanya, tak ada satupun tempat makan atau tempat beristirahat.

Saat melihat ke kiri kanan, hanya terdapat lingkungan tandus.

“Perjalanan 26 jam itu cuma makan dua kali, satu sarapan di Hungaria, dan satunya lagi pas sudah sampai. Jadi di jalan cuma makan dari bekal,” katanya.

“Lihat di kiri kanan enggak ada apa-apa. Ada bangunan tapi enggak terawat. Terus kalau nunggu benar-benar di pinggir jalan,” sambungnya.

Maulana pun bersyukur, selama perjalanan 26 jam itu, tak ada kendala kesehatan berarti.

Pasalnya, ada anggota tim yang juga merangkap tim medis.

“Ada tim medis, cekatan. Semua dicek, obat-obatan lengkap,” ujarnya.

Diberitakan Tribun Jabar sebelumnya, tim angklung yang anggotanya berjumlah 36 dan rata-rata berusia 15-19 tahun itu melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengikuti festival.

Tiga festival yang diikuti oleh Tim Muhibah Angklung adalah 59th International Folklore Festival of Nasreddin Hodja di Aksehir, Turkey, pada 4-10 Juli 2018.

Kemudian, 13th International Youth Festival of Arts (IYFA) Muzite di Sozopol, Bulgaria, pada 10-15 Juli 2018.

Terakhir, International Music and Folk-Dance festival “Summer in Visoko” in Visoko, di Sarajevo, Bosnia and Herzegovina, pada 20-25 Juli 2018.

Hebatnya, pada festival di Sozopol, Bulgaria, Tim Muhibah Angklung berhasil meraih juara umum dari seluruh kategori atau meraih grand prix.

Namun, Tim Muhibah Angklung terpaksa harus ngamen di sejumlah kota di Eropa, tinggal di KBRI, KJRI, atau rumah warga, dan mengandalkan donasi lantaran kekurangan biaya.

Sepekan sebelum berangkat, (tim berangkat pada 28 Juni 2018 ke Amsterdam, Belanda), pihak sponsor yang akan membiayai tim angklung itu menarik diri.

Padahal, dibutuhkan sekira Rp 1,5 milyar selama tim beranggotakan 36 orang itu berada di Eropa dalam satu bulan, hingga kembali ke tanah air.

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Seperti Menjalani Perjalanan Spiritual, Tim Muhibah Angklung Pulang Dari Eropa, http://jabar.tribunnews.com/2018/08/03/seperti-menjalani-perjalanan-spiritual-tim-muhibah-angklung-pulang-dari-eropa.
Penulis: Yongky Yulius
Editor: Theofilus Richard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *