
BANDUNG, TRIBUNJABAR.ID – Selama mengikuti tiga festival di Eropa, Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan, Bandung, berhasil meraih juara umum atau grand prix pada festival di Sozopol, Bulgaria.
Seperti diketahui, Tim Muhibah Angklung, akhirnya pulang ke tanah air pada Selasa (31/7/2018) setelah melakukan perjalanan sekira satu bulan di Eropa untuk ikut tiga festival dan harus ngamen untuk menutupi kekurangan biaya.
Konduktor tim Irma Noerhaty (45), membeberkan rahasia tim angklung tersebut bisa meraih juara.
Menurutnya, pesan lagu yang disampaikan oleh Tim Muhibah Angklung bisa tersampaikan dengan baik kepada penonton.
“Mungkin karena penyampaian si musik ke penonton. Dari segi ketepatan, kerapian tim kami mungkin belum sampai ke sana. Tapi, untuk ‘menyentuh’ penonton, kami mungkin sudah sampai ke sana. Saya pernah didatangi penonton atau peserta lain, mereka bilang anak-anak senyum seperti bahagia dan ramah,” kata Irma saat ditemui Tribun Jabar di Jalan Batik Tiga Negeri, Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (2/8/2018) malam.
Dari segi performance atau penampilan, lanjutnya, Tim Muhibah Angklung juga mencoba untuk menampilkan sesuatu yang beda.
Tim Muhibah Angklung, Paguyuban Pasundan kadang membawakan lagu nasional, lagu tradisional, lagu dangdut, lagu pop, bahkan sampai lagu internasional zaman dulu.
Selain itu, dalam setiap penampilan, tim juga kerap kali menyelipkan penampilan paduan suara, tari tradisional, hingga flash mob.
“Kadang-kadang orang menganggap remeh angklung kalau di Indoensia. Orang luar negeri beda, mereka lebih apresiatif. Mereka bisa menikmati apa yang kami tampilkan,” ujar Irma.
Tim Muhibah Angklung, sambungnya, sudah berlatih selama kurang lebih setahun untuk mempersiapkan perjalanan ke Eropa.
Selain melakukan metode latihan seperti tim angklung pada umumnya, mereka juga kerap latihan fisik.
“Kami setiap pekan, dua kali lari di Sabuga atau Gasibu, delapan keliling. Awalnya bertahap dari empat keliling, lanjut ke enam, sampai sekarang delapan,” kata Irma.
Bukan tanpa alasan latihan fisik dilakukan.
Fisik yang kuat, ujarnya, juga dapat membentuk mental yang kuat.
Berkat latihan fisik itu pun, anggota tim tidak ada yang harus mengalami permasalahan kesehatan yang cukup parah selama di Eropa.
“Main angklung itu melelahkan. Dalam satu penampilan harus bebetapa kali mengganti kostum dalam waktu beberapa detik. Main angklung juga 30 menit sampai 120 menit. Kadang enggak ada jeda waktu atau istirahat, begitu nyampe ke kota tertentu langsung festival,” kata Irma.
Diberitakan Tribun Jabar sebelumnya, tim angklung yang anggotanya berjumlah 36 dan rata-rata berusia 15-19 tahun itu melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengikuti festival.
Tiga festival yang diikuti oleh Tim Muhibah Angklung adalah 59th International Folklore Festival of Nasreddin Hodja di Aksehir, Turkey, pada 4-10 Juli 2018.
Kemudian, 13th International Youth Festival of Arts (IYFA) “Muzite” di Sozopol, Bulgaria, pada 10-15 Juli 2018.
Terakhir, International Music and Folk-Dance festival “Summer in Visoko” in Visoko, di Sarajevo, Bosnia and Herzegovina, pada 20-25 Juli 2018.
Hebatnya, pada festival di Sozopol, Bulgaria, Tim Muhibah Angklung berhasil meraih juara umum dari seluruh kategori atau meraih grand prix.
Namun, Tim Muhibah Angklung terpaksa harus ngamen di sejumlah kota di Eropa, tinggal di KBRI, KJRI, atau rumah warga, dan mengandalkan donasi lantaran kekurangan biaya.
Sepekan sebelum berangkat, (tim berangkat pada 28 Juni 2018 ke Amsterdam, Belanda), pihak sponsor yang akan membiayai tim angklung itu menarik diri.
Padahal, dibutuhkan sekitar Rp 1,5 milyar selama tim beranggotakan 36 orang itu berada di Eropa dalam satu bulan, hingga kembali ke tanah air.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Berhasil Meraih Grand Prix di Festival Bulgaria, Konduktor Tim Muhibah Angklung Beberkan Rahasianya, http://jabar.tribunnews.com/2018/08/03/berhasil-meraih-grand-prix-di-festival-bulgaria-konduktor-tim-muhibah-angklung-beberkan-rahasianya.
Penulis: Yongky Yulius
Editor: Theofilus Richard
wah selamat dan sukses ya
Selain itu, dalam setiap penampilan, tim juga kerap kali menyelipkan penampilan paduan suara, tari tradisional, hingga flash mob.